setelah 2 hari berada di desa ini, akhirnya kami bisa mengtahui sedikit permasalahn di desa ini. yaitu salah satunya adalah, sedang maraknya Wabah HAMA tikus di desa ciganjeng ini.
hasil pertanian di desa ini terpaksa harus menurun, yang biasanya seorang pemilik lahan, bisa memanen 5 kuintal beras, dari petak-petak sawah miliknya, dikarenakan adanya hama tikus, mereka hanya mampu memanen 3 kuintal beras, hal ini kami dapat langsung dari pemilik rumah, tempat kami menginap, begitupula yang diceritakan oleh pak Kuwu (atau kepala desa) di tempat ini.
lalu salah satu dari kami bertanya, upaya apa yang telah di lakukan, untuk mencegahnya, mereka menjawab, bahwa dengan memberi asap belerang di tanggul, tempat tikus bersarang, sehingga tikus dapat terjebak dan mati sesak oleh asap belerang.
lalu adalagi yang bertanya, 'bagaimana dengan ular sawah di sini pak ? apakah di bunuh ?"
si bapak pun menjawab, dengan bahasa sunda yang teramat fasih, kurang lebih artinya begini , "Ular sawah di tangkapi, karena peminat ular cukup banyak, dan pasti ada pembelinya."
dan semua mengangguk, paham, sedikit tau sebab banyaknya hama tikus yang mewabah di desa ini.
Selalu ada harga yang harus di bayar, di satu sisi warga desa untung, dari hasil penangkapan ular sawah dan penjualannya, namun, di sisi lain, warga desa harus mau berbagi hasil pertaniannya dengan tikus, karena rantai makanan dalam ekosistem sawah yang rusak.
saya teringat dulu, waktu SMU, saat diajari tentang rantai makanan, dimana saat berbicara rantai makanan di ekosistem sawah, selalu contohnya adalah tikus dan ular sawah, dimana ular sawah memakanan tikus, yang memakan padi, tapi kini, praktiknya beda , rantai ekosistem yang rusak, karena salah satu hewan dikeluarkan dari rantai makanan, karena uang :)
----------------------------------------------sekian, saatnya menghadiri sekolah lapangan,bertanam jagung, bersama karang taruna desa ciganjeng ----------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar